Senin, 06 Juli 2009

INFLUENZA/FLU

Influenza adalah penyakit menular tergolong dalam kategori penyakit yang self limiting. Artinya jika tidak disertai komplikasi penyakit lain, setelah 4 - 7 hari flu akan sembuh, asalkan tubuh diberi kesempatan meningkatkan daya tahan terhadap pengaruh dari luar.

Influenza disebabkan oleh virus Influenza. Virus ini ditularkan oleh orang lain melalui air liur yang sudah terinfeksi pada saat penderita batuk atau bersin; atau melalui kontak langsung dengan sekresi (liur dan lendir) penderita.

Gejala:


1. Gejala influenza akan nampak 24 - 48 jam setelah terinfeksi.
2. Merasa dingin, adalah gejala awal yang menandakan influenza.
3. Pada beberapa hari pertama sering terjadi demam, hingga suhu tubuh mencapai 38,9 - 39,4° c
4. Banyak penderita yang merasakan tubuh sakit, hingga harus berbaring di tempat tidur; terutama

dipunggung dan tungkai
5. Sakit kepala disertai sakit di sekeliling dan belakang mata. Sinar terang bisa memperburuk
rasa sakit ini
6. Gangguan saluran pernapasan ringan; rasa gatal pada tenggorokan, rasa panas di dada, batuk
kering dan hidung berair, kemudian diikuti dengan batuk hebat berdahak
7. Tubuh hangat dan kulit wajah kemerahan.
8. Kadang-kadang disertai mual dan muntah, terutama pada anak-anak.
9. Setelah 2-3 hari, sebagian besar gejala akan menghilang dan demam mereda. Pada sebagian
kasus, demam dapat bertahan hingga 5 hari
10. Bronkhitis dan batuk bisa menetap hingga 10 hari atau lebih, dan diperlukan waktu 6-8 minggu
untuk pemulihan total.


Solusi


Sistem pengobatan yang utama untuk mengatasi influenza adalah meningkatkan daya tahan tubuh. Caranya adalah :

1. Istirahat cukup
2. Hentikan kegiatan olahraga untuk sementara waktu
3. Banyak minum air putih
4. Hisap tablet antiseptik bila ada gejala awal sakit tenggorokan
5. Jika Anda ingin mengkonsumsi obat flu, pilihlah obat sesuai gejala yang Anda alami.

Rabu, 24 Juni 2009


HINDARI HIPERTENSI, KONSUMSI GARAM 1 SENDOK TEH PERHARI


Hampir dapat dipastikan, makanan sehari-hari orang Indonsia mengandung garam. Akan hambar rasanya sayur atau lauk pauk bila dimasak tanpa garam. Namun, garam merupakan salah satu bahan pangan yang harus dikurangi jika seseorang ingin terhindar dari hipertensi (darah tinggi). Meski masyarakat paham akan hal itu, sayangnya konsumsi garam di masyarakat Indonesia masih terbilang tinggi yaitu mencapai 15 gram per hari dari yang dianjurkan 6 gram atau sekitar 1 sendok teh per hari.
Beradasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, diketahui hampir seperempat (24,5%) penduduk Indonesia usia di atas 10 tahun mengkonsumsi makanan asin setiap hari, satu kali atau lebih.
Sementara prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada usia 18 tahun ke atas. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas nilai normal, yaitu melebihi 140/90 mmHg. Data Riskesdas menyebutkan hipertensi sebagai penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, jumlahnya mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia.
Demikian disampaikan Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Prof. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K), saat membuka Seminar Hipertensi dan Deteksi Dini Faktor Risikonya, di Jakarta, (11/6). Seminar ini merupakan rangkaian Hari Hipertensi Dunia 2009. Hari Hipertensi Dunia di peringati setiap tanggal 17 Mei. Tahun ini merupakan peringatan ketiga sejak dicanangkan WHO tahun 2005.
Menurut dr. Tjandra Yoga, hipertensi perlu diwaspadai karena merupakan bahaya diam-diam. Tidak ada gejala atau tanda khas untuk peringatan dini bagi penderita hipertensi. Selain itu, banyak orang merasa sehat dan energik walaupun memiliki hipertensi. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis.
Ditambahkan, sesungguhnya hipertensi dan komplikasinya dapat dicegah. Beberapa cara dapat dilakukan diantaranya dengan mempertahankan berat badan dalam rentang normal. Mengatur pola makan, antara lain dengan mengkonsumsi makanan berserat, rendah lemak dan mengurangi garam. Olahraga teratur, sedapat mungkin mengatasi stres dan emosi. Hentikan kebiasaan merokok, Hindari minuman beralkohol. Periksa tekanan darah secara berkala; dan bila diperlukan makan obat-obatan penurun tekanan darah secara teratur sesuai saran dokter.
Pemerintah memberi apresiasi dan perhatian serius dalam pengendalian penyakit tidak menular. Sejak bulan Februari 2006 Departemen Kesehatan membentuk Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular yang bertugas untuk melaksanakan pengendalian penyakit jantung dan pembuluh darah termasuk hipertensi, diabetes melitus dan penyakit metabolik, kanker, penyakit kronik dan degeneratif lainnya, serta gangguan akibat kecelakaan dan cedera.
Untuk mengendalikan hipertensi di Indonesia telah dilakukan beberapa langkah, yaitu mendistribusikan buku pedoman, Juklak dan Juknis pengendalian hipertensi; melaksanakan advokasi dan sosialisasi; melaksanakan intensifikasi, akselerasi, dan inovasi program sesuai dengan kemajuan teknologi dan kondisi daerah setempat (local area specific); mengembangkan (investasi) sumber daya manusia dalam pengendalian hipertensi; memperkuat jejaring kerja pengendalian hipertensi, antara lain dengan dibentuknya Kelompok Kerja Pengendalian Hipertensi; memperkuat logistik dan distribusi untuk deteksi dini faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah termasuk hipertensi; meningkatkan surveilans epidemiologi dan sistem informasi pengendalian hipertensi; melaksanakan monitoring dan evaluasi; dan mengembangkan sistem pembiayaan pengendalian hipertensi.
Dr. Tjandra Yoga berharap, melalui kegiatan seminar hipertensi dan deteksi dini faktor risikonya ini diharapkan dapat meningkatkan partisipasi dan kemandirian masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan hipertensi dan faktor risikonya, sehingga sekaligus dapat menurunkan prevalensi faktor risiko dan prevalensi penyakit jantung dan pembuluh darah, seperti stroke dan penyakit jantung koroner di Indonesia.
Peringatan Hari Hipertensi Dunia 2009 mengangkat tema Konsumsi Garam Berlebihan dan Hipertensi: Keduanya Bahaya Diam-diam (Salt and High Blood Pressure: Two Silent Killer). Di Indonesia, Hari Hipertensi Dunia diperingati dengan berbagai kegiatan diantaranya seminar dan pemeriksaan kesehatan meliputi pemeriksaan tekanan darah, kolesterol, osteoporosis, gula darah, tingkat stress, body fat analizer dan tes otak, serta konsultasi gizi.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks:021-5223002 dan 52960661, atau e-mail puskom.depkes@gmail.com dan puskom.publik@yahoo.co.id.

Minggu, 22 Februari 2009

Menuju Indonesia Sehat

Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah meningkatnya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia dengan penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku yang sehat serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata di seluruh wilayah Republik Indonesia.
Pembangunan kesehatan adalah tanggungjawab bersama setiap individu, masyarakat, pemerintah dan swasta. Apapun peran yang dimainkan oleh pemerintah, tanpa kesadaran individu dan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dan secara mandiri menjaga kesehatan mereka, maka niscaya tujuan pembangunan kesehatan sulit tercapai. Perilaku sehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu sangat menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan tersebut.
Kebijakan pelayanan kesehatan gratis bagi masyarakat di hampir seluruh negeri ini yang telah banyak dijadikan komoditas politik, dinilai belum cukup untuk mengangkat derajat kesehatan masyarakat. Idealnya, kebijakan tersebut harus dibarengi dengan upaya promotif-preventif dengan membangun kemandirian masyarakat untuk hidup sehat. Perlu diketahui bahwa pergeseran paradigma pembangunan kesehatan dari paradigma sakit ke paradigma sehat secara langsung memposisikan masyarakat sebagai objek sekaligus subjek pembangunan kesehatan. Ini berarti bahwa masyarakat adalah sasaran sekaligus pelaku pembangunan kesehatan. Dengan demikian diperlukan suatu langkah inovatif untuk menggerakkan segala potensi masyarakat sebagai wujud kontribusi dan partisipasi aktif membangun dan memelihara lingkungan yang sehat serta meningkatkan kewaspadaan terhadap segala bentuk kegawatdaruratan dan ancaman bencana.
Untuk mewujudkan sistem kemasyarakatan tersebut perlu dibentuk komunitas masyarakat siaga yang siap bergotong royong secara swadaya dalam bidang kesehatan dengan mengandalkan potensi yang ada dalam masyarakat. Pemberdayaan masyarakat yang terorganisir secara rapi ini akan menopang program kerja puskesmas sekaligus memposisikan puskesmas hanya sebatas fasilitator dan sarana rujukan tingkat dasar. Masyarakatlah yang merencanakan dan melaksanakan program kesehatan di daerahnya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dilingkungannya sendiri. Tidak dapat dipungkiri bahwa suatu puskesmas dimanapun berada memiliki kecenderungan program yang sentralistik dengan menyelenggarakan upaya kesehatan yang sama. Fluktuasi cakupan program yang berbeda antar puskesmas sangat dipengaruhi oleh responsibilitas masyarakat selaku obyek dan subjek pembangunan, sehingga untuk mempercepat dan meningkatkan keberhasilan program yang diselenggarakan oleh sebuah puskesmas, dibutuhkan penggerakan masyarakat melalui gerakan-gerakan lokal secara berjenjang dari tingkat desa/kelurahaan, tingkat kecamatan, tingkat kabupaten, tingkat propinsi yang pada ujungnya akan terwujud Indonesia Sehat.